(berdasarkan serial Taiwan Bao Mo Zhi Xia/Summer Bubble)

Selalu, waktu yang berlalu tanpa suara. Lima tahun telah berlalu. Yin Xia Mo telah berubah menjadi seorang gadis dewasa. Namun kemiskinan tetap menempatkannya dalam posisi susah. Bekerja keras setiap waktu, hingga kini dia mendapatkan kesempatan untuk melamar pekerjaan sebagai asisten artis terkenal.
Yao Shu Er--idola Taiwan yang pernah menjadi teman kuliahnya itu adalah tipe gadis berwajah manis dan sikapnya lembut kepada semua orang. Ketenarannya telah tersaingi oleh Wei An. Namun meski begitu, Zhen En, sahabat Xia Mo yang sama-sama melamar pekerjaan tetap merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi itu.
"Apa tidak ada artis lain selain dia?" Zhen En berkata sambil menggaruk kepala. Xia Mo hanya tersenyum menjawabnya. Ketika itu Wei An datang menghampiri mereka, dengan dagu terangkat dan wajah arogan. Tubuhnya yang tinggi menjulang diantara Xia Mo dan Zhen En. Dengan marah, Wei An meminta kepada manajernya untuk memilih asisten. Xia Mo menentang Wei An dengan memperhatikan Yao Shu Er. Wei An akhirnya terpaksa memilih Zhen En, namun dia mengatakan kepada Xia Mo bahwa dia pasti menyesal melakukan itu.
Zhen En benar-benar dipersulit oleh Wei An. Xia Mo kasihan melihatnya, namun tidak bisa melakukan apa-apa. Saat itu mereka melihat berita menghebohkan di televisi. Superstar Taiwan yang lama di luar negeri kini pulang ke Taiwan, kampung halamannya.
"Waaa... Xia Mo, lihat itu!" Zhen En menunjuk layar televisi yang menampilkan kerumunan di bandara yang mengelilingi seorang pria. Kilatan kamera tidak mampu menyembunyikan pahatan halus wajahnya. Wajah dengan tulang pipi tinggi, dagu berbelah, dan kesempurnaan bak malaikat.
"Luo Xi sudah pulang!" Zhen En memekik, "Aku sudah tahu dia memiliki karisma untuk menjadi seorang bintang! Beruntung sekali aku pernah satu sekolah dengannya!"
Xia Mo terdiam, hanya mengamati segala kesempurnaan itu dengan perasaan bergolak. Sayangnya, semua tersembunyi rapi di balik wajahnya yang tenang.
"Aku tidak ingin dilupakan," Xia Mo mengingat perkataan Luo Xi di bandara, "Meskipun aku tidak menyukaimu, terlalu mudah dilupakan membuatku merasa tidak nyaman..."
Luo Xi... Tanpa terasa, Xia Mo mengusap bibirnya, mengingat apa yang dilakukan Luo Xi di saat itu.
"Kau akan mengingatku selamanya..."
Selamanya...
Hati Xia Mo terasa sakit jika mengingat semua itu.
"Kau lebih beruntung dariku!" Zhen En menepuk pundak Xia Mo dengan bersemangat, "Kaulah yang paling dekat dengan Luo Xi. Bukankah dia pernah tinggal di tempatmu? Kaulah yang paling mengenalnya, Xia Mo."
"Kau terlalu melebih-lebihkan." Xia Mo tersenyum. Wajahnya masih dingin dan tenang. Meski begitu, dia tahu, kalau sebenarnya Zhen En benar.
Xia Mo adalah orang yang paling mengerti Luo Xi.
***
Ada iblis bersembunyi di balik senyumannya.
Xia Mo tahu benar hal itu. Ketika ayahnya datang di suatu senja, memperkenalkan seorang penghuni baru yang akan menjadi saudara angkatnya. Seperti Xiao Cheng. Namun Xia Mo lebih tahu dari siapapun, kalau Luo Xi tidak sepolos adik laki-lakinya, tidak selugu dan semanis Xiao Cheng.
Anak itu diambil dari panti asuhan oleh ayahnya, dan Xia Mo telah takut kedatangan Luo Xi akan mengubah semuanya.
Sekolah kini ramai oleh gadis-gadis penggemar Luo Xi, yang setiap hari datang untuk mendengar pemuda itu bernyanyi sambil memetik gitar. Semua berlomba-lomba mendapatkan perhatiannya.
Namun tidak Xia Mo.
Siang itu, seorang gadis mendatangi Luo Xi, di tangannya terulur bungkusan kue yang dipercantik pita merah.
"Luo Xi, maukah kau memakannya?" gadis itu mengatakannya dengan terbata-bata, "Kue ini buatanku sendiri..."
Luo Xi memandang bungkusan di tangan gadis itu, wajahnya memamerkan senyuman bak malaikat saat tangannya terulur dan meraih bungkusan itu.
"Terima kasih," Luo Xi berkata sambil membuka kue itu, dan menggigit sepotong kecil, "Kuenya enak."
Perkataan manis dan menggugah itu membuat sang gadis menemukan keberaniannya, hingga nyaris histeris saat meneriakkan, "Luo Xi, aku suka kamu!"
Wajah gadis itu merona, dan dia menunduk karena malu. Namun Luo Xi bergeming. Dia masih tersenyum saat satu tangannya mengangkat wajah gadis itu, dan langsung menjawab pernyataan cinta sang gadis. Dengan sebuah ciuman yang menyakitkan, hingga gadis itu berteriak saat merasakan bibirnya telah pecah tergigit.
Xia Mo melihat semua itu dari kejauhan, bagaimana sang gadis berlari ketakutan meninggalkan Luo Xi, sementara Luo Xi hanya tersenyum sambil mengusap setitik darah di ujung bibirnya.
Xia Mo melihat semuanya... juga kue pemberian sang gadis yang kini tercampakkan di dalam tong sampah.
***
Luo Xi... Luo Xi...
Xia Mo benar-benar tidak ingin bertemu pria itu, mengulang masa lalu yang menyakitkan, atau terlibat dalam pembalasan dendam pria itu terhadap dirinya. Xia Mo akan terus mengingatkan dirinya akan hal ini. Mengingatkan dirinya untuk menjauh dari bahaya dari seorang pria bernama Luo Xi. Juga menjauhkan diri dari bahaya lain yang sama-sama berasal dari masa lalunya. Pria tampan yang pernah mengisi hatinya bertahun-tahun dengan cinta dan kebahagiaan yang selalu terasa hampa.
Xia Mo akan terus berusaha... hingga menjauh dari Luo Xi. Juga Ou Chen.
Dia akan menjauhkan diri dari mereka. Dan mengubur keduanya dalam kenangan kelam yang tak ingin diingat.
Luo Xi, Ou Chen... semoga aku tidak pernah bertemu mereka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar