BERDASARKAN SERIAL SUMMER DESIRE YANG DIBUAT BERDASARKAN NOVEL BAO MO ZHI XIA KARANGAN MING XIAO XI

Sebuah rumah mewah di Perancis. Pagi yang cerah.
"Xi Meng, mengapa aku selalu memimpikannya?" Tuan Muda itu-Ou Chen menyesap jus buah dengan perasaan kosong yang selalu dirasakannya setiap pagi ketika membuka mata. Perasaan sakit yang melukainya hingga semua kenangan menjadi mati.
Ou Chen menatap Xi Meng. Guru, asisten, sekaligus abdi di dalam keluarganya selama puluhan tahun. Pria tua itu selalu memandangnya dengan sorot mata teduh. Begitu juga dengan hari ini.
"Seperti apa dia, Tuan Muda?" Xi Meng berkata sambil tersenyum. Ou Chen menghela nafas berat, mengingat hujan di dalam mimpinya... malam yang gelap dan berguntur.
Gadis itu berdiri membelakanginya dengan angkuh, sementara dia berlutut di atas tanah, memohon pengampunan.
Suara gadis itu begitu tenang, begitu dingin. Saat ia melepaskan sehelai selendang dari rambutnya, "Kukembalikan kepadamu."
Ou Chen melihat kain hijau itu tercampakkan begitu saja di dekatnya. Entah air mata atau air hujan yang membasahi pipinya. Namun suaranya terlalu parau, sarat oleh kesedihan, "Bagaimana agar kau mau memaafkan aku?"
Kalimat itu akan selalu diingat Ou Chen, ketika gadis itu sama sekali tidak memalingkan wajah, tidak memberi kesempatan kepada Ou Chen untuk melihat wajahnya.
"Kecuali... kau mati!"
Hanya itu.
"Aku tidak pernah melihat wajahnya, Xi Meng..." Ou Chen merasakan pedih mengisi kekosongan dalan hatinya. Perlahan, tangannya meremas sehelai selendang hijau indah dengan bebatuan swarovski di atasnya. Ou Chen menelengkan kepala, melihat sebuah foto yang memperlihatkan dirinya di masa SMA, bersama dengan seorang gadis yang menurut semua orang adalah kekasihnya.
Namun mengapa aku sama sekali tidak merasakan apa-apa kepadanya?
Gadis itu-seorang yang sangat manis dan anggun, kini berdiri di dekatnya. Seperti biasa selalu tersenyum dan menuruti semua permintaan Ou Chen.
Semua terlalu sempurna bagi Ou Chen. Hidupnya. Rumahnya. Kekayaannya. Kecuali perasaan di dalam dadanya.
***
"Mengapa anda tidak menghindar?" Xi Meng hendak menghampiri Ou Chen ketika Tuan Mudanya itu menepiskan tangan di udara, memberi tanda 'tidak perlu' kepada Xi Meng.
Ou Chen sengaja tidak menghindar dari serangan guru anggarnya. Membiarkan beberapa tusukan menghunjam di dada.
"Tuan Muda, kau tidak apa-apa?" Gadis manis kekasih Ou Chen ikut menjerit ketakutan. Ou Chen melihat mereka berdua, melihat Xi Meng dan kekasihnya.
"Mengapa kau lakukan itu?"
"Sebenarnya, aku ingin tahu seperti apakah yang dimaksud rasa sakit," Ou Chen memegangi dadanya, namun perasaan sakit dalam mimpi itu tidak pernah tergantikan atau terjawab oleh tusukan-tusukan anggar.
"Kau," Ou Chen menunjuk kekasihnya, "Tolong bantu aku." dia berdiri. Perlahan tangannya mengambil sebuah apel dan memberikannya kepada gadis itu.
Ou Chen membimbing gadis itu dan menyuruhnya berdiri tepat di papan sasaran dekat kolam renang. Apel di tangan gadis itu dia letakkan ke atas kepala, "Diam di situ," perintahnya.
Gadis itu tampak bingung, namun Ou Chen menjauhinya dengan langkah tegap. Ou Chen menunduk dan mengambil sebuah busur yang tergeletak di lantai, mengisinya dengan sebuah anak panah, dan merentangkannya.
Ou Chen melihat wajah gadis itu memucat, tubuhnya mulai gemetar oleh rasa takut. Sementara matanya mulai terpejam. Sesaat, Ou Chen melihat ketakutan itu sebelum tergantikan dengan rasa marah yang muncul di wajah gadis itu.
"Cukup!" gadis itu berteriak, "Selama ini aku begitu baik kepadamu, dan inikah balasanmu? Menjadikan aku sebagai sasaran anak panah? Bagaimana jika anak panah itu membunuhku?"
Ou Chen menggertakkan gigi. Intuisinya benar. Gadis itu bukan gadis yang dicarinya selama ini.
"Mungkin aku pernah mencintaimu, tapi mulai hari ini, semua sudah berakhir." Ou Chen berkata dengan dingin dan tajam, "Segera pergi dari hadapanku!"
Tuan Muda itu mengabaikan teriakan protes dari Sang Gadis, sebaliknya dia menghadap Xi Meng. Perintahnya keluar setegas amanat raja yang tidak mungkin dibantah.
"Siapkan segalanya. Aku akan kembali ke Taiwan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar